Alhamdulillah, puji syukur pada kekuatan yang Absolut. Pada tanggal 27 maret 2012 telah dilaksanakan kegiatan “ Suara dari Barak “ dengan lancar dan damai. Nuansa berbau penolakkan terhadap kenaikkan BBM sudah terasa dari pagi. Persis di timur pintu gerbang terlihat “ Bendera Merah Putih yang terbuat dari “dua dirigen minyak” yang dicat dengan warna merah dan putih terpancang setengah tiang dengan sebatang bambu berwarna hitam. Menurut Stefan Buana, Karyanya ini adalah simbolisasi keprihatinan terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Sang-saka merah putih adalah lambang pemersatu kehidupan ber-negara demi meraih kemerdekaan dan kesejahteraan. Bambu adalah senjata perlawanan rakyat semenjak era kolonialisme. Penyatuan dua aitem ini menjadi gambaran tentang tidak tuntasnya berbagai persoalan yang melanda negeri ini, termasuk “kenaikan harga Minyak” dapat saja meruntuhkan kesejahteraan rakyat dan mencekik nasib mereka. Lalu perjuangan mereka untuk meraih kehidupan yang layak menjadi kelam sehitam tiang bambu tersebut.
Lain lagi dengan “ Becakku mulai
meng-hitam” karya Zulfa Hendra. Enam becak berwarna hitam, lima berjejer di
depan gerbang dan satu di depan panggung seperti memberi petanda bahwa nasib
masyarakat berjalan menuju gerbang keprihatinan. Respon yang sangat “menarik”
dari Seniman kawakan ini. Sepatah kata saat dia merancang ide ini “Kehidupan
terus berjalan, meski kadangkala terpaan takdir membuat kehidupan itu terasa
menyakitkan, becak – becak ini bagaikan “identitas yang tercabik” oleh kehendak
tuan – tuan yang bertahta. Mereka sibuk menghitung dan meramalkan keuntungan,
padahal kehidupan masyarakat tak pernah sejahtera”.
Tak terasa hari menjelang siang.
Anak – anak dan kawan – kawan partisipan melukis dan pameran bersama membludak.
Asmil Umuri, Budi Kurniawan (Jek), Arini-Ijo, Nuna dan Bridie mulai sibuk membagikan peralatan lukis,
kertas, cat hitam-putih dan kanvas pada mereka. Di sudut dekat tangga. Harlen Kurniawan dan
Danny mulai jepret – jepret sini, sesekali memberikan isyarat bahwa waktu
pembukaan semakin dekat.
Persis jam 1.00
acara dibuka, suasana berubah menjadi riuh. Canda anak – anak dan kelakar para
tamu terdengar di setiap sudut Barak seni Stefan. Kawan – kawan dari berbagai
media mulai meliput acara. Bapak Djoko Pekik yang sedang duduk sesekali
tersenyum melihat berbagai aktivitas yang terjadi.
Kemudian Buyung
Mentari mencuri fokus dengan performance artnya yang berjudul “ Dracula ”,
semua mata tertuju padanya, terutama jepretan kamera wartawan. Performance art
ini merupakan “kritisi” Buyung terhadap kenaikkan BBM, dua gambar SBY-Budiono
ditempeli selang yang berujung pada sebuah Derigen Minyak. Gambaran tentang
“penghisapan” terhadap kesejahteraan rakyat. Ucap Buyung. Selanjutnya Buyung
membacakan sebuah puisi dengan syair kritis melengkapi aksinya. Setelah aksi Buyung berakhir, dilanjutkan Musik "Saluang" kolaburasi Nike dan Al.
Setelah itu “ Jamming Session”
dimulai. Menurut Harlen dan Danny (pelaksana kegiatan), Jamming session
merupakan kegiatan santai untuk menghibur kawan – kawan yang sedang melukis
bersama. Kawan – kawan dari Etnichtro lebur bersama dengan teman – teman
lainnya berkolaburasi memainkan musik.
Sejalan dengan hal itu, rombongan
kawan – kawan Sakato Art Community, Jumaldi Alfi dan Friedly Enkel (OFKA) datang, bergabung dengan
Kus Indarto yang sedari tadi berbincang – bincang dengan beberapa teman di
taman.
Sepeminuman teh berlalu. Kawan
“Kbelet Teater” mempersiapkan performance artnya. Satu awaknya berdiri di depan
menirukan gaya “pejabat”, lemparan senyumnya menjadi isyarat “ bahwa nasib
rakyat bagai parodi bagi para pembuat kebijakkan”. Beberapa awak kelompok ini
menyebar, mereka membagikan sesuatu kepada anak – anak dan tamu, lalu tangannya
membuat isyarat “diam” di depan mulut. Sungguh “Sarat Makna”. Personilnya yang
lain memainkan seruling berkeliling mengitari sudut – sudut barak. Mungkin
suara lirih dari tiupan itu adalah “senandung duka” bagi kehidupan masyarakat setelah
kenaikkan harga BBM. Atau suara rakyat itu memang selalu sayup – sayup
terdengar di telinga para penguasa.
Tepat jam setengah empat sore,
acara melukis bersama telah usai. Team display yang dikomando oleh kawan Ahmed
Zafly bergerak memajang lukisan hasil karya teman – teman. Waktu yang singkat
untuk proses ini direspon oleh beberapa kawan, segera turun tangan membantu. Dan
proses ini berjalan sesuai dengan waktunya. Sore itu juga MC Ani dan Beng –
Beng telah bersiap untuk agenda kegiatan malam yang akan mereka pandu.
Selepas Isya kegiatan kembali
dimulai. Mc Ani dan Beng – Beng memandu acara, dimulai dari pembukaan oleh
Stefan Buana sebagai tuan rumah. Ada satu hal yang perlu dicermati pada
sambutan yang diberikannya. Secara apa adanya dia mengatakan “ mungkin banyak orang mengatakan bahwa
kegiatan yang dilakukan ini akan sia – sia”. Tapi baginya yang turut serta
ber-Demo menurunkan Soeharto di Boulevard UGM tahun 1998. “ Bahwasanya seperti adagium yang menyatakan, suatu kejahatan itu akan
tetap langgeng apabila orang – orang benar hanya mendiamkannya saja. Pepatah
lainnya, gigitan seekor semut pasti membuat gelisah, sekalipun seekor kerbau,
dan kegiatan ini bagai gigitan seekor semut”.
Setelah itu dilanjutkan oleh
penampilan Musikalisasi Puisi dan Musik oleh Barak Band ( Al dan team ) berkolaburasi
dengan pemuda Sembungan ( Kawan Manik dan Kawan Agung ). Kolaburasi ini
memadukan tiga unsur alat music dari latar belakang budaya yang berbeda, Pertama, alat musik modern ( Gitar, Bass
dan Drum), Kedua, alat musik
tradisional jawa ( Gendang dan Saron), Ketiga,
alat musik dari Sumatera Barat ( sarunai dan Talempong). Gabungan instrument
dari berbagai alat music ini menjadikan suasana malam bertambah hangat,
permainan vokal Zulfirmansyah dan Buyung dengan lagu “ Bongkar ” ciptaan Iwan
Fals semakin melengkapinya.
Kyai Muhaimin memberikan aspirasi
dan supportnya terhadap kegiatan “ Suara dari Barak seni Stefan”. Persoalan
sejarah yang di ungkap pak Kyai, menyatakan bahwa “ gerakkan orang muda ” yang
positif dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat. Setelah itu beliau memimpin
“doa keselamatan bangsa” yang menjadi harapan kita semua.
Prof. Nasir Tamara yang secara
spontan berkolaburasi dengan Al, pemusik handal asal Sumatera Barat. Selaras
dengan ungkapan Kyai Muhaimin tersebut dalam Orasi Budayanya yang berjudul “Keadilan dan Revolusi“. Penggalan dari
Orasi beliau yang penuh semangat “Masyarakat
menolak kenaikkan harga BBM yang akan mencekik kesejahteraan hidup mereka.
Memang faktanya, harga minyak Indonesia paling murah dibandingkan dengan Negara
lainnya. Tapi yang perlu dicatat bahwa Negara lain menyediakan berbagai
fasilitas yang menunjang kehidupan masyarakatnya. Tapi di Indonesia itu belum
tercipta. Negara terlalu banyak berhutang, hutang menciptakan berbagai masalah,
dan membuat Negara ini hampir bangkrut terjadi pada era Orde Baru. Selanjutnya
kebijakkan pemerintah dipengaruhi oleh lembaga atau institusi pemberi hutang
tersebut. Kebijakkan yang di hasilkan oleh pemerintah tidak lagi bersandar pada
kepentingan Rakyat, tapi pada kepentingan kelompok tertentu yang mengusung
Neo-Liberalisme. Ideologinya adalah Negara meminimalkan bantuan kepada
rakyatnya, setiap individu harus berusaha, atau bekerja keras untuk mendapatkan
kesejahteraannya. Sedangkan Negara tidak berhak untuk ikut campur dan hal ini
jauh dari ideologi kita sebagai Bangsa Indonesia yang memiliki falsafah
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Dengan memberi gambaran tentang “
Revolusi Iran ”, beliau menggaungkan bahwa kita butuh kekuatan “Moral dan
mempertahankan kebudayaan yang menjadi identitas kita” dan menolak penjajahan
ekonomi untuk meraih KEADILAN…!
Sebelum orasi yang apik ini,
kawan – kawan Sick Culture juga menyuarakan tentang “pincangnya-kehidupan” lewat
lirik lagunya yang kritis. Beberapa lagu mereka cukup untuk membuat penonton
terdiam dan berfikir lebih tentang keadaan yang harus kita hadapi setelah harga
BBM di naikkan.
Sedikit berbeda, Rescue tampil
dengan music Rockabily yang bernuansa tahun 30-an membuat suasana semakin
menggelegar. Sepatah dua patah kata penolakkan kenaikkan BBM meluncur dari
Vokalisnya. Setelah penampilan Rescue Mc menutup acara dengan gaya khas mereka,
semakin melengkapi kesemarakkan proses kritis yang damai malam ini.
Tapi ini belum usai, kawan –
kawan di bagian “super-sibuk” mempersiapkan aneka makanan yang dikomandoi oleh
Ekwan, Afif AF dan Sefa Darsono muncul kepermukaan untuk mempersiapkan jamuan terakhir.
Setelah itu semua awak acara duduk berkumpul, bercanda dan bercengkrama,
sedikit menghela nafas. Namun jauh di dalam hatinya mereka tersadar meski malam
ini “ Menggelegar” tapi ini bukanlah akhir, karena mungkin saja ini adalah
langkah awal.
Tentu acara ini dapat terlaksana
dengan lancar karena kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Yang
mengejutkan kedatangan pihak yang berwajib, seorang Perwira yang didampingi
beberapa anak buahnya tanpa pakaian dinas, keramahan dan kesantunannya membuat
acara berjalan dengan damai. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR Nasir Tamara ( Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia-International),
Atas Orasi Budaya " Keadilan dan Revolus"
2. Kyai Ahmed Muhaimin, Atas pencerahannya
3. Bpk Warwick Purser
4. Bpk Djoko Pekik
5. Bpk Zulfa Hendra
6. Sakato Art Community
6. Sakato Art Community
7. Bpk Jumaldi Alfi
8. Pihak Kepolisian dan TNI yang datang tanpa seragamnya.
9. Bpk Nike
10. Kawan Al, Ucok, Akbar, Jaka, Baginda, Fadil
11. Kawan Harlen Kurniawan, Latief dan Fuad Danar ( Danny )
12. Kawan Dito
13. Kawan Buyung Mentari
10. Kawan Al, Ucok, Akbar, Jaka, Baginda, Fadil
11. Kawan Harlen Kurniawan, Latief dan Fuad Danar ( Danny )
12. Kawan Dito
13. Kawan Buyung Mentari
14. Kbelet Teater
15. Rescue Band and All Team
16. Sick Culture
17. Etnichtro
18. Barak Band
19. Kawan Nuna dan Arini Ijo
20. Kawan Bridie
21. Mas Agung dan Manik ( Pemuda Sembungan)
22. Kawan Ria dan Priska
20. Kawan Bridie
21. Mas Agung dan Manik ( Pemuda Sembungan)
22. Kawan Ria dan Priska
23. Masyarakat Sembungan
24. Terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada teman - teman yang telah memberikan suportnya
dan berpartisipasi dalam acara ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu
24. Terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada teman - teman yang telah memberikan suportnya
dan berpartisipasi dalam acara ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu
Terlepas dari semua itu, BARAK seni Stefan meminta maaf kepada kawan - kawan atas segala keterbatasan yang ada. Terutama waktu, sehingga tidak bisa memberikan waktu menampung partisipasi kawan - kawan.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya atas antusiasme dan kedatangan "MASSA PEJUANG" ke BARAK seni Stefan.