Jumat, 06 Juli 2012

Self-Reconstruction dalam Festival Kesenian Yogyakarta XXIV Future of AS



Mengapa tema pembebasan selalu menjadi perdebatan yang tak kunjung usai dari zaman ke-zaman? Salah satu jawabannya mungkin karena sampai saat ini masyarakat belum terbebaskan secara utuh, masih terbelenggu oleh aturan-aturan yang tidak sejalan dengan ruh demokrasi dan makna kebebasan itu sendiri.
“ Pembebasan ” dianggap mampu menghilangkan segala bentuk eksploitasi, dominasi, penindasan, ketidakadilan, dan tindakan-tindakan negative lainnya dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya setiap individu selalu ingin membangun masyarakatnya, yang awalnya hanya tunduk dan patuh pada kondisi dan situasi dengan ke-“ lazim”an. Tapi zaman terus bergerak maju diiringi tuntutan baru, menjadi masyarakat yang ingin bersaing, mampu berfikir dan bertindak untuk meraih masa depan yang lebih baik. Meminjam ungkapan Paulo Freire: ingin merubah masyarakat kerucut (submerged society) menjadi masyarakat yang terbuka (open society). 

Faktanya mayoritas masyarakat kita masih berada dalam ke-tundukan dan ke-patuhan yang tidak dilandasi dengan pengetahuan dan sikap kritis. Sopan – santun yang menjadi karakter masyarakat kita dipelintir dalam “kotak – kotak bias” dan level – level tertentu tergantung jabatan, kekuasaan dan kekayaan. Kisi – kisi kehidupan yang terbelenggu oleh aturan dan tatanan yang jelas tidak akan membebaskan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pertanyaannya bagaimana merubah paradigma dalam kehidupan yang cenderung melihat “individu sebagai makanan lezat bagi individu lainnya”? ditambah lagi dengan minimnya penghargaan terhadap setiap individu agar tetap dipandang sebagai manusia tanpa embel - embel jabatan, kekuasaan dan kekayaan.

Salah satu langkah untuk meraih kebebasan yang dianggap sebagai jalan meraih masa depan lebih baik adalah meng-konstruksi kembali makna diri setiap individu, dan fungsinya ketika membentuk kehidupan bermasyarakat. Karena masyarakat dibangun oleh individu – individu yang ada di dalamnya, dan langkah ini dapat membuka gerbang terhadap tujuan besar umat manusia yaitu masa depan yang lebih baik.
Secara personal “ Konstruksi-Diri ” mengacu kepada beberapa hal, Yaitu
a.       Self Esteem
self esteem mengacu pada perasaan umum tentang harga diri atau nilai diri yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara lingkungan, masyarakat dan diri individu.
b.      Self Efficacy
Self efficacy adalah kepercayaan pada kapasitas umum seseorang untuk menangani sebuah pekerjaan. Lebih spesifik mengacu pada kemampuan seseorang untuk melakukan tugas khusus dan mampu mempertanggung jawabkannya.
c.       Self Concept
self concept adalah sifat dasar dan pengorganisasian diri seseorang. Self concept dirumuskan dalam bentuk multi dimensi. Baik aspek fisik, emosi, dan hubungan dengan ruang sosial yang terangkum dalam dirinya.
d.      Self Confidence
Self confidence adalah kombinasi dari self esteem dan self efficacy umum. Yaitu individu yang memiliki harga diri atau nilai diri dan memiliki kemampuan untuk menlakukan tugas khusus dan mampu mempertanggung jawabkannya. Dengan kata lain individu telah menemukan dirinya dalam mengarungi kehidupan.
Di tengah kehidupan yang sudah sangat maju ini cukup layak kita kembali mempertanyakan kembali makna diri. Dengan tujuan dapat meng-konstruksi masa depan yang lebih baik.



Konstruksi-Diri dimulai dari mengenali diri sendiri, tujuan – tujuan yang ingin digapai dan harapan yang ingin diwujudkan. Setelah itu konstruksi-Diri masuk ke ruang dinamika sosial, saling ber-interaksi, melebur dan menjadi bagian utuh dalam membangun kehidupan sosial yang lebih baik. Sebab setiap Konstruksi-Sosial memiliki karakter-sosial dan budaya yang dibangun oleh individu – individu di dalamnya.   

Dari Konstelasi di atas Self Re-Construction digambarkan dalam karya seni dengan memadukan beberapa item. Yaitu
a.       Pakaian
Pakaian disini menjadi pengandaian identitas setiap individu. Setiap individu tidak bisa lagi menengok kebelakang, merubah sesuatu yang telah terjadi dan ditinggalkan oleh waktu. Namun setiap individu dapat mempertanyakan kembali makna kehadiran dirinya dalam kehidupan ini, berusaha mencapai tujuan dan berani mewujudkan harapannya dimasa yang akan datang.
Potongan – potongan kain kanvas dirangkai ( menggunakan kanvas karena profesi yang kami lakoni sangat dekat dengan kanvas ) merupakan perwujudan setiap pakaian yang membawa karakter dan watak tertentu dari setiap manusia. Dan tentunya memiliki tujuan dan impian.
b.      Warna – warni sentuhan, relasi antar manusia.
Terlepas dari personalisasi individu, ruang selanjutnya adalah Ruang – Sosial. Ruang dimana setiap Individu memainkan perannya. Peran yang dimainkan oleh setiap individu selau bersinggungan dan berinteraksi dengan individu lainnya. Ibarat kata, setiap individu adalah warna dan warna tersebut dapat tertuang ketika relasi antar individu tercipta dengan unik.


Dari pemikiran inilah Barak Seni Stefan, Komunitas Rupa – Rupa dan beberapa teman lainnya mewujudkan gagasan dengan penggabungan Metode Penciptaan Karya Seni dan Performance Art. Yang dilaksanakan untuk memeriahkan Festival Kesenian Yogyakarta XXIV Future of As 2012.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar