Rabu, 18 Januari 2012

Ke-Kayaan Tekhnik dalam Karya - Karya Stefan Buana

Judul ini mengacu pada beberapa pendapat tentang karya - karya Stefan Buana. Mike Susanto sebagai Kurator dalam Pameran Tunggal Stefan Buana yang bertajuk "Memoir of Rice" memberikan catatan khusus tentang ke-karyaannya. 
" karya-karya yang ia buat memiliki teknik pengerjaan yang bersifat “natural” pada kanvas - kanvasnya. Tepatnya, Stefan menggunakan teknik improvisasi bahan atau material karya yang menjadi ciri khasnya selama ini. Kekhasannya tersebut selama ini telah memberi nilai plus jika dibandingkan dengan karya-karya perupa lain. Stefan banyak mengajukan ide-ide tentang berbagai pendekatan teknik dan material yang luar biasa. 
Studionya ibarat laboratorium kerja untuk mengenali bahan atau material satu dengan yang lain. Kerja Stefan ibarat melakukan inseminasi pada karya. Berbagai kerja teknik ia telusuri, diantaranya menggunakan las logam, lelehan resin, cat akrilik dipadu cat minyak, ekplorasi bahan alami seperti kulit padi, serbuk kayu pada kanvas, dan berbagai teknik pengelolahan kanvas itu sendiri. Sehingga yang tampil dalam karya-karya Stefan tidak saja pada masalah tema atau “apa yang dilukis?”, akan tetapi “apa yang dibuat?”, “dengan apa ia berkarya?” atau “apa yang dilakukan pada kanvas - kanvasnya”.(Kuratorial “MEMOIR OF RICE” Katalog Pameran 2011).

Elaburasi Teknik dalam penciptaan karya seni memang telah menjadi ke-khasan dari Stefan Buana. "Mata Stefan yang segar selalu lapar mencari gaya baru dan tema - tema yang relevan". Petikan dari tulisan Michael Vatikiotis yang berjudul " Citra-Citra Kuasa Stefan Buana" dalam Pameran Tunggal " Fragmen " di Galeri Nasional 2008.

Lebih lanjut, Ia (Stefan Buana) bereksperimentasi dengan tekstur dan bahan, membubuhkan serbuk kayu pada kanvasnya, menciptakan lukisan relief dengan kancip besi, serat benang katun  Selain  dan bahkan sisa - sisa besi yang berat. ia menemukan teknik yang unik untuk menciptakan efek - efek retak Craquelure penanda lukisan tua dengan memakai panas kompor api.
Bagi Stefan ber-Eksperimen merupakan suatu tantangan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan unik. Berikut petikan wawancara Michael Vatikiotis dengan Stefan Buana. 

Nampaknya kamu terbiasa dengan tempat - tempat baru. Di manapun kamu berada, kamu masih bisa berkarya dengan bahan - bahan yang kamu temukan. Setelah menetap di Yogya pun bahan dan tekhnik baru senantiasa hadir dalam karyamu. dari mana asal inspirasi untuk eksperimentasi ini? 
Awalnya saya hanya mencoba - coba. sebenarnya bukan untuk ber-eksperimen, tapi karena saya kesulitan uang untuk membeli bahan, maka saya memakai apa yang ada. Tapi ternyata hasilnya malah unik dan menarik, misalnya, justru karena memakai tekhnik arang yang saya temukan di rumah, karya saya mendapat apresiasi berupa penghargaan terbaik waktu Dies Natalis ISI tahun 1998. aku juga mendapat penghargaan karya terbaik dalam Kompetisi Refleksi Zaman ditahun yang sama.
Hasilnya memang sangat menarik dan unik. Hampir tidak mungkin ditiru. Sekarang ada beberapa gaya lukisanmu yang sudah sangat digemari orang. Kenapa kamu selalu mencari tekhnik baru?
Eksperimen itu mahal sekali bagi saya. Menemukan sesuatu yang baru, menciptakan sesuatu yang unik, itulah yang membuat saya nggak jenuh. Kalau hanya mengolah tema atau obyek dan pencapaian estetika, saya pasti bosan. karena itu saya selalu mencoba - coba berbagai tekhnik dan material sebagai tantangan bagi diri saya sendiri.
Apa yang membuatmu selalu bersemangat dalam berkarya, dan lebih lagi selalu mencari sesuatu yang baru?
Apresiasi peminat Seni. Saya pernah dikunjungi oleh seorang Profesor dari Inggris yang datang ke Jogya bersama British Council setelah gempa, Terry Rosenberg namanya. Saya tidak menyangka orang itu begitu antusias melihat karya - karya saya. " This Fantastic!" begitu katanya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar